ACAHI #1: Guest Lecture Neurosurgery

ACAHI kali ini berisikan impresiku akan Kuliah Tamu Bedah Saraf yang kuikuti siang ini.


Saat itu aku baru menyelesaikan clerkship stase Departemen Neurologi (Jumat, 28/7/2023) dan ada penawaran untuk mengikuti kuliah tamu dengan topik "Functional Neurosurgery in Indonesia and Japan: Recent Practice and Development" yang dilaksanakan pada hari ini, 1 Agustus 2023 di Ruang Kuliah IUP FKUA. Sebuah ajakan menarik karena aku ngga pernah ikut kuliah tamu secara offline. Meskipun aku kurang passionate tentang topiknya, tawaran tersebut tetap terlihat menggiurkan untuk diikuti.


Kuliah tamu hari ini sebenarnya lebih fokus membahas move dissorder seperti contohnya parkinson, dystonia, dan lain-lain. Ada beberapa insight sederhana dari kuliah tamu ini (terutama dari presentasi Prof. Taira) yang cukup membuatku tersentil.

  1. Aku baru tau ada teknologi bernamakan Deep Brain Stimulation (sebuah prosedur bedah elektif penanaman elektroda pada area otak tertentu sehingga dapat membantu mengontrol aktivitas otak yang abnormal). Menurutku teknologi ini CANGGIH BUANGETTT. Salah satu contohnya yaitu ada pasien dengan tremor yang cukup parah dan langsung bisa teratasi secara signifikan. Kekurangan dari solusi ini yaitu dari sisi kosmetiknya, yang mana membuat pengguna tidak nyaman dan menimbulkan stress mental :(( DBS ini biasanya ditanam di kedua sisi anterior thorax gituu, memang tampilannya mengganggu estetika :" Selain itu ada teknik pembedahan untuk parkinson yang masih asing di telingaku, seperti pallidotomy dan thalamotomy.
  2. Ada beberapa gangguan psikiatri yang memiliki opsi tindak lanjut berupa bedah saraf, yang ditampilkan di kuliah hari ini yaitu OCD dengan tambahan keluhan klinis tremor ekstremitas superior. Sekali dayung, dua tiga pulau terlewati. Menarik bukan? 🧐
  3. Ada permasalahan yang bagi sebagian orang itu tidak berarti, tapi bagi segelintir orang sangat penting, sehingga ada baiknya untuk kita tidak meremehkan keluhan yang dialami seseorang. Contohnya yaitu:
    • Pemain alat musik tiup (tampak seperti semacam terompet) dimana orang tersebut kesulitan menutup bibir secara utuh sehingga udara yang ditiupkan tidak terfokuskan pada lubang alat musiknya saja, tetapi juga keluar dari samping luar alat musik --> merasa sukar dalam memainkan alat tersebut. Padahal bermain musik adalah sumber mata pencahariannya.
    • Ada seorang pria yang merasa insecure dengan kedutan pada area dagunya. Saat periksa ke dokter, reaksi dokter yang ditemui hanya "oh, ini ga masalah kok, ga perlu di atasi". Padahal pria ini merasa terganggu dengan keadaan fisik ini dan sebenarnya bisa diterapi apabila dokter itu tidak menyepelekan keluhannya. Pria ini bahkan jadi tidak ingin menikah karena rasa insecure tersebut sekaligus tidak ingin jika anaknya nanti mewarisi kondisi itu yang dianggap "kurang normal" di masyarakat dan tidak dapat diobati. Faktanya, penyakit itu adalah geniospasm hereditary chin trembling dan dapat diterapi dengan injeksi botulinum toxin.

Dokumentasi: Prof. Taira yang menjelaskan perkembangan bedah saraf di Jepang (foto diambil oleh Zahrah H. R.)


Kesimpulannya, hari ini aku cukup mendapat sudut pandang baru dalam memantik semangat belajarku di perjalanan menjadi seorang dokter. Tidak ada yang bilang jalan yang kuambil ini mudah. Namun, tidak ada juga yang bilang kalau jalan ini tidak mungkin dapat kulalui demi menjadi manusia yang bermanfaat.


Semoga hari ini menjadi salah satu hari lainnya dimana kita menghabiskan waktu untuk terus berprogres meskipun hanya 0,1% dari hari kemarin.

Dokumentasi: Foto selepas acara Kuliah Tamu.
Kiri ke kanan belakang — Obi, Tiara, Deya, Bagus Dwi, Raka.
Kiri ke kanan depan — Anggun, Citra, Tasya, Hana. 



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kupasan #1: Euforia SBMPTN

Kupasan #4: Kenapa ya?