Kupasan #3: Rejected Confession (Part 1)

Hai, Bestie! Sudah lama banget aku ga nulis di sini ㅠㅠ sudah 2 tahun lebih. Bayangkan, sehampa apa aku selama ini sampai sampai tak punya cerita untuk dibagikan. Dari judulnya, kalian pasti sudah bisa menebak ke arah mana kisahku kali ini. Yap, percintaan, yang jarang sekali aku rasakan dan baru kali ini mengalaminya sampai seperti menaiki rollercoaster.


Prolog dari kisah cintaku sebenarnya ga kentara, kayak lagu hits "tiba-tiba cinta datang kepadaku" itu nyata terjadi. Kami memang sekelas sejak masih jaman mahasiswa baru 2019 hingga sekarang dan juga satu circle pertemanan, tapi ga pernah terlintas di pikiranku buat merasa nyaman in a romantic way. Yang jelas, i've mentioned his name twice as the closest person to my ideal type —bahkan saat nyebut ini pun aku belum merasa tertarik sebagai lawan jenis.


Pertama kali aku sadar kalau aku mulai suka adalah ketika sahabatku membutuhkan emotional support dan my crush meminjamkan sebelah tangannya untuk dipegang, digandeng, dan dipeluk oleh sahabatku. I felt irritated without knowing the reason. Padahal aku tau sahabatku ini suka skinship dan sering gitu ke orang lain —dimana aku selalu merasa biasa aja. Tapi, kali ini beda.


Singkat cerita, aku mulai memperjelas maksud hati, terutama didukung karena kuliah juga mulai full offline. Sampai di suatu kejadian, pengumuman kelompok KKN. Aku sempat merasa down karena tidak mendapat teman sefakultas di kelompokku. Entah kebetulan apa, tapi setelah survey ke banyak anak, crushku ini ternyata satu desa dengan aku meskipun beda kelompok. Jujur, aku sama sekali ga memperkirakan ini terjadi, karena dari 200 anak FK yang ikut KKN (dan ada 6 kabupaten yang punya kecamatan dan desa berbeda), aku bisa satu desa! Like, literally satu desa :))) Mulai deh, pikiranku berubah jadi lebih mudah meromantisasi segala sesuatu yang berkaitan dengan doi.


Wah, ini kalo diceritain gimana selama KKN nya, bisa sepanjang Belanda menjajah Indonesia kala itu. Skip aja.


Setelah KKN selesai, aku akhirnya memberanikan diri untuk confess ke dia —sekalian kirim hadiah ulang tahunnya. Aku tau risikonya apa dan menurutku lebih baik sekarang atau nggak sama sekali. Yang jadi highlight utamaku adalah murni menyatakan perasaan, i was not asking him to be my boyfriend or nah. Perasaan suka ini sudah mulai tidak logis buat aku, aku sudah berperilaku sangat terang-terangan (dibandingkan dengan Deya yang biasanya bomat tentang cinta-cintaan) dan menurut aku, confession ini bisa membantu aku memperjelas segalanya. Memperjelas apakah tindakanku ini mengganggu dia, apakah dia setuju dengan perlakuanku, dan apakah dia suka dengan itu. Kalau ternyata tidak suka, ya mau dikatakan apa lagi.


—lanjut ke part 2

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kupasan #1: Euforia SBMPTN

Kupasan #4: Kenapa ya?